Aku tidak mengira (akan) mengidap endometriosis. Sejak tahun pertama menstruasi, memang aku selalu merasa sakit saat datang bulan. Namun kukira itu wajar-wajar saja, toh banyak orang juga merasakan yang sama. Dan aku sendiri tak mau terganggu dengan itu. Ambil saja panadol atau analgetik lainnya, lep, langsung hilang sakitnya.
Namun empat tahun lalu ada keanehan lain. Aku selalu mengalami spotting pada masa antara dua siklus menstruasi. Kadang tidak hanya berupa bercak-bercak, tapi lebih mendekati bleeding. Jangka waktunya bisa 1-2 minggu. Bahkan sering kali selesai menstruasi, aku hanya bersih sekitar 1 minggu saja, lalu spotting terus hingga menstruasi berikutnya.
Dulu di Solo, aku sempat berkonsultasi dengan seorang dokter SpOG, tapi kemudian tidak aku teruskan gara-gara dokternya jutek, tidak cukup menjelaskan kepadaku tentang masalah yang aku punya. Meski aku dah cerewet bertanya, tapi dokter itu menjawab pendek-pendek saja. Dokter itu menyarankan aku mengikuti terapi hormonal. Disuruhnya aku minum obat yang diresepkan, lalu datang kembali saat obat itu habis, demikian seterusnya hingga sekitar 4 bulan. Namun aku hanya sekali saja datang, dan tak kembali. Pikirku, enak aja dia dapet uang, aku disuruh minum obat terus, tapi aku tidak diberi penjelasan yang layak. Huh!! %^&^%%(*&^ Dasar pasien ndableg!!!
Selanjutnya masalah ini tak terlalu aku perhatikan. Pernah bergossip dengan seorang teman tentang hal ini. Kebetulan dia seorang bidan. Dia malah mentertawakanku, "Pengen ngerti obate? Kawino!" Matek lah aku. Katanya hal semacam itu sering terjadi pada perempuan dewasa yang belum menikah. Struktur hormonnya tidak seimbang. Entah apa hubungannya tidak menikah dengan struktur hormon yang tidak seimbang. Sigh.
Setahun belakangan spotting ini semakin meresahkanku ketika datangnya semakin banyak dan lama, dan berbau busuk. Berbagai pikiran negatif menghantui. Mulai dari penyakit kelamin yang disebabkan berbagai bakteri, kista, miom, hingga kanker. Beberapa bulan belakangan ini pun, ketika menstruasi, sakitnya mulai tak ketulungan. Panadol satu tak mempan, selang sejam aku minum satu lagi, tetep tak mempan. Otomatis aku cuman bisa tergeletak lemas. Hari berikutnya aku akan mengerang kesakitan di tempat tidur. Seharian tak bisa melakukan apapun. Pernah dalam kondisi ini, tak ada makanan di rumah, atau tak mampu membuat makanan, sementara aku butuh energi juga untuk merasakan sakit, terpaksa aku harus telpon seorang teman minta dibelikan makanan.
Kondisi ini sungguh tidak menyenangkan. Otomatis aku tidak bisa kerja sama sekali dalam situasi seperti ini. Saking tidak menyenangkannya, aku sempat merasa nervous setiap kali menjelang menstruasi. Akhirnya kuputuskan untuk pergi ke dokter.
-- Bersambung --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar