Akhirnya tiba saat aku memeriksakan diri ke dokter kandungan. Dr AAG Raka Budayasa SpOG adalah satu-satunya dokter kebidanan dan kandungan di Ubud. Ruang periksanya gabung dengan sebuah apotik, hanya dibatasi dengan sekat tripleks yang membentuk sebuah bilik. Ruang periksa yang jauh dari kelayakan sebuah tempat praktek seorang dokter, yang dalam imageku tempatnya harus bersih dan rapi.
Aku ikut antri bersama puluhan ibu-ibu muda dan beberapa ibu hampir setengah baya yang sepertinya menjelang menopoouse. Pemeriksaan berlangsung singkat, dokter menanyakan beberapa hal, termasuk apakah aku pernah mengalami keputihan parah. Kujawab tidak. Lalu dokter melakukan USG abdonal. Semuanya terlihat normal, tak terlihat gumpalan-gumpalan mencurigakan. Hanya dibilang aku tak subur, estrogen dan progesteronku turun. Tumor, miom ataupun kista tidak ditemui.
Lalu dokter memberi obat yang menurutku bersifat temporary hanya mengobati gejala yang kukeluhkan: pendarahan dan bau. Diberinya aku antibiotik dan obat yang menghentikan pendarahan. Bodohnya aku, semua kuminum juga. Meski aku tahu itu tidak mengatasi masalah yang sebenarnya belum teridentifikasi. Kemudian aku diminta untuk memeriksakan diri lagi saat datangnya menstruasi.
Anovulasi
Saat menstruasi, aku kembali ke dokter tersebut. Setelah beberapa tanya jawab, dokter mendiagnosa bahwa aku mengalami anovulasi. Anovulasi sendiri adalah luruhnya endometrium (lapisan yang membentuk/menyelimuti dinding rahim) sebagai darah menstruasi sebelum masa ovulasi/matangnya sel telur. Sebagaimana diketahui, endometrium selalu bertugas menyelimuti dinding rahim sebagai tempat yang nyaman untuk berkembangnya sel telur yang telah dibuahi. Namun jika sel telur matang, dan tidak terjadi pembuahan, maka dinding endometrium akan luruh, dan saat itulah terjadi menstruasi. Anovulasi terjadi karena rendahnya hormon estrogen dan progesteron yang mendukung pembentukan endometrium.
Lalu diberinya aku cyclo progynova. Diminum sejak hari berikutnya hingga 21 hari. Setelah itu menstruasi akan datang. Selesai menstruasi aku diminta datang lagi.
"Coba dilihat dulu bagaimana hasilnya. Setelah selesai menstruasi saya akan periksa lagi apakah memang benar itu atau ada sebab lain. Saya akan lakukan USG dari vagina, agar pemeriksaan lebih akurat."
Aku menganggukkan kepala.
"Atau mau dilakukan USG transvaginal sekarang?"
"Jangan dokter, saya masih menstruasi, risih rasanya." Meski aku tahu, sebenarnya itu bisa dilakukan, tapi kok rasanya risih membayangkan diri ini masih pakai pampers yang berdarah, lalu dilepas, lalu vagina dimasuki alat yang panjang dan keras. Sigh.
Sampai di rumah pikiranku mulai gelisah. Kok sepertinya aku menjadi kelinci percobaan dokter saja? Pemeriksaan dan pengobatan pertama tak ada efeknya. Pemeriksaan kedua, aku masih harus "dicobai" dengan obat yang lain. Melalui internet (thanks God for internet!) aku mencoba mengetahui apa itu anovulasi dan apa itu cyclo progynova yang diresepkan. Aku tak yakin bahwa masalahku ini karena anovulasi melihat berbagai ciri-ciri anovulasi yang kubaca di internet. Sementara, cyclo progynova sendiri adalah obat yang biasa dipakai untuk perempuan dalam mengatasi masa pra menopouse. Apakah aku akan menopouse? Kurasa belum saatnya dan tanda-tanda mengarah ke menopouse pun tidak jelas.
Aku sempat berpikir untuk melakukan cek mandiri untuk menguji apakah benar masalahku karena ketidaksuburan dan anovulasi. Caranya dengan mengukur suhu tubuh harian. Orang yang subur dan normal proses ovulasinya, suhu tubuhnya akan meningkat. Namun setelah lebih banyak membaca, berbincang dengan Andre--keponakan yang menjadi dokter--dan menimbang. Akhirnya dengan yakin kuputuskan untuk tidak mengkonsumsi obat itu. Kuputuskan juga untuk kembali ke dokter tersebut sesaat setelah menstruasiku berakhir.
Ohya, nota bene, Andre sempat menyinggung perlunya cek laboratorium untuk mengetahui kadar hormonal, agar memperoleh kepastian yang akurat, bukan sekedar prediksi. Meski aku belum terpikir untuk melakukan itu.
Adenomiosis
Well, pemeriksaan ketiga terjadilah. Pemeriksaan ini tertunda sehari. Hari sebelumnya aku sudah antri lama sekali, dan pamit meninggalkan pekerjaan karena pemeriksaan ini. Namun yang datang adalah dokter pengganti dan menolak memeriksa aku karena aku sudah "terprogram" oleh dokter Budayasa. Ok, akhirnya hari berikutnya aku datang lagi dan diperiksa dokter Budayasa. USG transvaginal pun dilakukan. Dari situ terlihat bahwa aku mempunyai adenomiosis, dinding rahim sebelah kanan yang menebal hingga 2 cm oleh endometrium yang masuk ke dalam otot dinding rahim.
-- Bersambung --
aku berkunjung ..heheheh
BalasHapus